Minggu, 22 Mei 2011


MELAWAN PRASANGKA BURUK
Berprasangka buruk atau Suudzon adalah akhlak yang sangat tidak terpuji karena merupakan awal dari penyakit hati. Orang yang mempunyai sifat berprasangka buruk akan menafsirkan setiap apa yang terjadi akan menjadi jelek dalam pandangannya. Bahkan sebuah permusuhan biasanya diawali dengan berprasangka buruk. Seringkali diantara kita tanpa disadari sesungguhnya telah berprasangka buruk. Dampak yang dibawa oleh prasangka buruk sangat serius selain dapat membutakan mata hati dari kebenaran, juga dapat memancing untuk berprilaku buruk pada orang lain.
Fenomena hari ini menunjukkan bahwa hati kita telah terkontaminasi virus berprasangka buruk. Rendahnya kualitas pembelajaran di sekolah diduga akibat kebiasaan guru yang setiap akan memulai pembelajaran terlebih dahulu berprasangka buruk, salah satunya merasa kesulitan mentransfer ilmu kepada anak didiknya dengan alasan inteligensinya rendah.  Begitu juga dengan siswa yang berprasangka buruk terhadap gurunya dengan mengatakan gurunya sadis, killer, bahkan tidak menyenangkan atau siswa berprasangka buruk terhadap mata pelajaran tertentu dengan mengatakan mata pelajaran ini sulit atau kurang suka sehingga siswa kurang termotivasi mengikuti proses pembelajaran. Boleh jadi kombinasi keduanya, tidak suka gurunya dan materi yang diajarkannya.  Keharmonisan rumah tangga semakin memudar manakala kita juga sering disuguhi perilaku aneh seorang suami yang seharusnya melindungi dan menjaga kehormatan seorang isteri dengan teganya melakukan kekerasan di dalam rumah tangga, juga karena pengaruh berprasangka buruk terhadap istri. Begitu juga dengan maraknya aksi demo yang  berujung kepada anarkis dan kekerasan juga ditengarai sebagai bagian dari berprasangka buruk kepada pemerintah. Ditengarai masih banyak anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya di bidang pendidikan yang terserang flu berprasangka buruk  dan masih banyak pula kejadian-kejadian aneh tapi nyata yang membuat hati kita miris melihat dan mendengarnya seperti yang disuguhkan diberbagai media tersebut yang bisa jadi dipengaruhi oleh prasangka buruk.
Oleh karena itu, penulis ingin mengingatkan baik itu para guru/pendidik, yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, para suami/isteri yang menginginkan keluarga yang sakinah mawaddah warohmah, ataupun rakyat yang merasa kesejahteraan dan keadilannya dikebiri oleh pemerintah hendaknya selalu membersihkan hati dan membentengi diri dari sifat-sifat tercela tersebut, apa yang terjadi hendaknya selalu di tafsirkan secara baik sehingga akan mendapatkan kebaikan pula. Namun, sebaliknya jika kita menafsirkan sesuatu dengan buruk maka keburukanlah yang akan menimpa kita sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam hadis qudsi: "Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku. Kalau ia berprasangka baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Bila ia berprasangka buruk, maka keburukan akan menimpanya". Allah SWT mengingatkan dalam firmannya QS Al Hujuraat: 12; “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang “. Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Jauhilah tempat-tempat yang bisa memunculkan prasangka buruk “.
Para guru/pendidik harus ingat bahwa kualitas pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh penguasaan guru pada suatu materi, tersedianya sarana dan prasarana pembelajaran, tapi juga ditentukan oleh kesiapan dan keyakinan peserta didik pada menit-menit awal pembelajaran. Buatlah di hati mereka prasangka-prasangka yang baik diawal pembelajaran. Kalau mereka belum siap, maka akan menimbulkan prasangka buruk sehingga pelajaran menjadi sulit.
Suami/isteri seharusnya faham bahwa keharmonisan rumah tangga tidak bisa dinilai dengan kekuatan materi semata, tapi kekuatan cinta dan kasih sayang perlu diberikan sesuai dengan porsinya. Saling memahami satu sama lain, menjaga perasaan pasangan haruslah selalu dijaga. Jika hal ini selalu ditanamkan maka keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bukan lagi menjadi mimpi bagi suatu pasangan suami istri.
Masyarakat juga seharusnya sadar, bahwa keberhasilan pemerintah dalam mengatasi berbagai macam polemik di tanah air yang multikultural ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu 100 hari. Segala sesuatunya tidak terjadi secara instan tetapi perlu proses. Kepercayaan kita terhadap pemerintah hendaknya selalu ditumbuhkan agar bisa memberikan ruang gerak dan nafas buatan bagi pemerintah yang hampir saja kehilangan moral akibat diterpa berbagai kasus dan bencana di masa awal pemerintahan.
Setiap orang yang menyadari akan bahaya berprasangka buruk ini, akan selalu berusaha menjaga hati agar tetap bersih. Dengan memiliki hati yang bersih kita bisa terhindar dari  sifat-sifat tercela dan tidak mudah dimasuki syetan. Dalam persoalan menjaga hati ini kita patut mencontoh Khalifah Umar ibnul khattab sebagaimana yang pernah disabdakan Baginda Rasulullah SAW: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu syahwat, seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi diri dari penyakit dan perut masih disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Allab SWT berfirman : “ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”.  (QS Qaaf:  37).
Berprasangka buruk merupakan kebiasaan yang tidak terpuji dan merugikan karenanya harus dihindari  atau dikurangi dengan cara; (1) setiap ada prasangka yang buruk, istighfarlah sebanyak-banyaknya, bisa jadi prasangka itu datangnya dari syetan yang pastinya berusaha menggelincirkanmu dari jalan ke surga. Kalau ada prasangka kurang bagus terhadap orang lain, langsung saja baca ta’awudz, minta perlindungan Allah dari godaan syetan yang terkutuk apalagi kalau prasangka itu sangat kuat bercokol di benakmu sebagaimana yang difirmankan Allah dalam QS Al a’raf: 200; “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “ ; (2) langsung mencari informasi dari orang pertama, begitu timbul prasangka, cobalah untuk menanyakan langsung kebenarannya pada pihak yang terkait, jangan ditunda-tunda dan jangan malah bertanya pada pihak lain yang bisa jadi malah mengembuskan pergunjingan; (3) berusaha mencari prasangka tandingan, untuk menyelamatkan hatimu dari infeksi berprasangka buruk, ketika prasangka buruk melanda sedangkan kamu tidak bisa menanyakan langsung kebenarannya pada pihak terkait, segera cari kemungkinan-kemungkinan lain tentang hal tersebut; (4) melatih diri kita untuk terbiasa memaklumi orang lain karena seringkali apa yang dilakukan orang lain tidak seburuk yang kita sangkakan. Allah SWT mengingatkan dalam firmannya: “Wahai orang-orang yang beriman jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan.” (Q.S Al-Hujuraat : 6)








1 komentar:

Blogroll


Blogger templates