Minggu, 01 Desember 2013

MENGUJI KESABARAN KITA
KESABARAN menunjukkan kekuatan seseorang dalam menempuh segala macam ujian dan suksesnya kehidupan, manisnya kemenangan, tidak akan pernah dirasakan tanpa dilalui terlebih dahulu dengan kesabaran. Dikatakan bahwa, “Kesabaran adalah menerima penderitaan, kesulitan, musibah dan keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan lainnya tanpa mengeluh, atau kehilangan kendali diri, kepercayaan atau keyakinan kepada Allah dan takdir”, dikutip dari M. Fethullah Gulen (2002)
dalam bukunya “Prophet Muhammad aspects of his life”.
Kesabaran diyakini sebagai kunci keberhasilan dan kemenangan dalam melewati suatu ujian. Semakin besar ujian, semakin besar pula kesabaran yang harus dimiliki. Kesabaran dan ujian ditamsilkan seperti pohon dan angin, semakin tinggi pohon tersebut maka semakin deras pula angin yang meniupnya. Seperti yang pernah diceritakan oleh sahabat Rasulullah SAW, Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahuanhu, dia berkata. “ Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ? Beliau menjawab: Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya ”, hadist ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Dibagian lain, Rasulullah Saw bersabda; "Amat mengherankan sekali keadaan orang mu'min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seseorang pun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka, yaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur-lah, maka hal itu adalah kebaikan baginya, sedang apabila ia ditimpa oleh kesukaran - yakni yang merupakan bencana - ia pun bersabar dan hal ini pun adalah merupakan kebaikan baginya”.
Di samping itu, berbuat suatu kebaikan yang dibarengi dengan kesabaran bukan merupakan suatu perbuatan yang sia-sia, melainkan Allah akan membalasnya pula dengan pahala kebaikan sebagaimana difirmankan Allah dalam QS yusuf:115; “ Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan “.
Kenyataannya, akhir-akhir ini ada dua fenomena yang menunjukkan bahwa kesabaran kita bermasalah. Pertama, tidak sedikit dari kita mendefinisikan kesabaran dengan arti yang lebih sempit dari definisi sebenarnya. Kesabaran selama ini diartikan lebih ke arah negatif dengan melekatkannya kepada sikap mengalah atau pasrah sepasrah-pasrahnya terhadap keadaan yang menimpa. Tidak sedikit diantara para guru / pendidik yang mengambil langkah pasrah, diam, bahkan cenderung mengalah ketika ada suatu permasalahan yang berkaitan dengan anak didiknya seperti; kurangnya motivasi untuk belajar, kemampuan untuk menyerap materi yang rendah, bahkan sampai pada tingkat kenakalan yang memprihatinkan. Padahal guru merupakan “agen of change” yang diharapkan dapat mengubah paradigma atau cara berpikir anak didiknya ke arah yang lebih positif. Oleh karena itu penulis ingin mengingatkan kepada para guru/pendidik agar selalu siap menghadapi bahkan mencari tantangan dari permasalahan yang ada, bukannya lari dari masalah, tidak bertanggungjawab dan bahkan ada yang dengan sengaja menutup mata seolah – olah tidak pernah terjadi permasalahan. Sikap seperti inilah yang ditakutkan ada pada seorang guru / pendidik. Berkenaan dengan sikap tersebut, Allah SWT mengingatkan dalam firmannya QS Ar Ra’du: 11; “ … Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka “. Para guru / pendidik harus ingat bahwa kesabaran seorang guru diuji ketika berhadapan dengan anak didiknya yang bermasalah di sekolah khususnya di kelas karena setiap saat dan setiap waktu masalah itu selalu datang silih berganti dengan tingkat pemecahan masalah yang berbeda-beda. Tidak sedikit guru yang tidak mau peduli dengan permasalahan tersebut. Mereka lebih mementingkan dan hanya fokus kepada tugas pokoknya saja. Kedua, tanpa disadari bahwa sesungguhnya masih banyak ditemukan orang-orang yang memperjualbelikan kesabarannya. Sehingga yang terjadi, setiap ada persoalan atau masalah yang datang, kita lebih banyak mengeluh dari pada mencari jalan keluar, atau ketika mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan, kita lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya sia-sia dan mubazir, dan bahkan ada yang sampai kehilangan kendali diri dengan melakukan berbagai aksi anarkis dan tidak simpatik seperti yang sering dimuat di berbagai media cetak dan elektronik. Lihat saja, bagaimana aksi tidak simpatik yang ditunjukkan beberapa kalangan yang mengajak untuk tidak membayar pajak, bagaimana  aksi para guru swasta yang menuntut perbaikan kesejahteraan, dan bisa jadi aksi ini sepertinya menjadi pelajaran singkat yang dengan mudahnya ditiru oleh anak didiknya nanti pada saat pengumuman kelulusan.
Dalam kehidupan sehari-hari kesabaran dalam mencari keridhaan Allah swt sangat penting, karena kerap kita menghadapi sesuatu yang tidak kita sukai atau tidak kita inginkan, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam QS Al-Baqarah :216; “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
Kesabaran dalam mencari keridhaan Allah swt akan berbuahkan kemaslahatan dan kebahagian, untuk yang bersangkutan maupun komunitas di sekitarnya. Buah kesabaran ini dapat ranum dalam waktu singkat ataupun setelah jangka waktu tertentu dan kerap melintas generasi, sebagaimana dicontohkan dalam kisah berikut. Menjelang dini hari pada suatu malam, Khalifah Umar bin Khattab, disertai pengawalnya melakukan sidak kepinggiran kota. Beliau mendengar percakapan dua orang wanita di gubuk kecil. Kata sang Ibu: "Campur saja susunya dengan air." ”Tapi amirul mukminin Umar telah mengeluarkan peraturannya yang melarangnya,Ibu," jawab anak gadisnya. "Khalifah Umar toh tidak akan mengetahuinya," kilah sang Ibu. "Kalau Umar tidak mengetahuinya, tapi Allah pasti mengetahuinya, Ibu!" jawab sang anak. Dialog kedua insan ini teramat berkesan di hati Khalifah Umar. Esok harinya ia menyuruh aparatnya untuk meyelidiki kedua wanita itu. Ternyata suami dari Ibu itu telah gugur di medan perang. Hidup mereka serba kekurangan. Putri Ibu itu seorang gadis. Singkat cerita, Umar melamar gadis itu untuk dinikahkan dengan putranya Ashim.  Pernikahan pun berlangsung. Dari hasil perkawinan itu lahir seorang anak perempuan yang kelak dinikahi oleh Abdul Azis bin Marwan. Dan kemudian lahirlah Umar bin Abdul Azis, khalifah yang tersohor adil dan zuhud itu, yang banyak jasanya bagi ummat Islam dan harum namanya sampai saat ini.
Oleh karena itu, kesabaran jangan hanya ditunjukkan pada saat kita mendapat musibah, kesulitan dan penderitaan saja, namun , kesabaran pun harus diperhatikan pada saat kita mendapatkan kesenangan dan kenikmatan. Lihat saja bagaimana kesabaran siswa-siswi kita nanti pada saat pengumuman kelulusan UN. Lihat juga bagaimana kesabaran para guru swasta ataupun honor dalam penantian panjang mereka untuk diangkat sebagai PNS. Apa pun hasilnya, apapun keputusannya, semoga mereka menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Amin.

Blogroll


Blogger templates